Bacalagi – Pada tanggal 13 hingga 14 Maret 2025, dunia akan menyaksikan fenomena astronomi menakjubkan: gerhana bulan total atau yang sering disebut “blood moon“. Fenomena ini terjadi ketika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan, sehingga bayangan Bumi menutupi Bulan sepenuhnya, memberikan tampilan merah darah yang khas.
Apa Itu Gerhana Bulan Total?
Gerhana bulan total terjadi saat Bulan melewati bayangan inti Bumi (umbra), menyebabkan cahaya Matahari terhalang sepenuhnya dari mencapai permukaan Bulan. Selama fase totalitas, Bulan tidak sepenuhnya gelap; sebaliknya, ia memancarkan cahaya merah atau oranye. Warna ini disebabkan oleh pembiasan cahaya Matahari oleh atmosfer Bumi, yang menyaring panjang gelombang biru dan memungkinkan panjang gelombang merah mencapai Bulan. Inilah yang memberikan julukan “blood moon” atau bulan darah.
Waktu dan Durasi Gerhana
Gerhana bulan total ini akan berlangsung selama lebih dari tiga jam, dengan fase totalitas—saat Bulan sepenuhnya berada dalam bayangan Bumi—berlangsung sekitar 66 menit. Berikut adalah tahapan utama gerhana dalam Waktu Indonesia Barat (WIB):
- Mulai gerhana penumbral: 03:57 WIB
- Mulai gerhana parsial: 05:09 WIB
- Mulai totalitas: 06:25 WIB
- Puncak gerhana: 06:58 WIB
- Akhir totalitas: 07:32 WIB
- Akhir gerhana parsial: 08:48 WIB
- Akhir gerhana penumbral: 10:00 WIB
Durasi totalitas yang mencapai 66 menit menjadikan gerhana ini sebagai salah satu yang cukup lama dalam abad ini.
Wilayah yang Dapat Menyaksikan Gerhana
Gerhana bulan total ini akan dapat disaksikan di berbagai belahan dunia, tergantung pada lokasi dan waktu setempat:
- Amerika Utara dan Selatan: Dapat melihat seluruh proses gerhana dari awal hingga akhir.
- Eropa dan Afrika: Dapat menyaksikan gerhana saat Bulan terbenam, sehingga hanya fase awal yang terlihat.
- Asia dan Australia: Dapat melihat gerhana saat Bulan terbit, sehingga hanya fase akhir yang terlihat.
Sayangnya, untuk wilayah Indonesia, gerhana ini tidak dapat diamati secara langsung karena terjadi saat Bulan berada di bawah ufuk. Menurut informasi, gerhana akan berlangsung dari pukul 10:57 WIB hingga 17:00 WIB, dengan puncaknya pada pukul 13:54 WIB. Karena pada rentang waktu tersebut Bulan belum terbit di Indonesia, maka fenomena ini tidak dapat disaksikan dari wilayah kita.
Mengapa Bulan Terlihat Merah?
Selama gerhana bulan total, Bulan tidak sepenuhnya gelap meskipun berada dalam bayangan Bumi. Cahaya Matahari yang melewati atmosfer Bumi mengalami pembiasan dan penyaringan, di mana panjang gelombang biru tersebar lebih kuat daripada panjang gelombang merah. Akibatnya, cahaya merah lebih dominan mencapai permukaan Bulan, memberikan tampilan merah atau oranye yang khas. Fenomena ini mirip dengan warna merah yang kita lihat saat matahari terbit atau terbenam.
Keamanan dan Cara Menyaksikan
Berbeda dengan gerhana matahari, gerhana bulan aman untuk dilihat dengan mata telanjang tanpa memerlukan alat pelindung khusus. Namun, untuk pengalaman yang lebih baik, penggunaan teleskop atau teropong dapat membantu mengamati detail permukaan Bulan saat gerhana berlangsung. Selain itu, fotografi dengan eksposur panjang dapat menangkap keindahan warna dan detail gerhana dengan lebih jelas.
Fenomena Astronomi Lainnya di Bulan Maret 2025
Selain gerhana bulan total, bulan Maret 2025 juga akan menyajikan fenomena astronomi menarik lainnya, seperti:
- Gerhana Matahari Parsial: Akan terjadi pada 29 Maret 2025, di mana sebagian Matahari akan tertutup oleh Bulan.
- Hari Tanpa Bayangan (Ekuinoks): Pada 20 Maret 2025, Matahari akan berada tepat di atas khatulistiwa, menyebabkan fenomena di mana bayangan benda tegak akan menghilang untuk sesaat.
Meskipun gerhana bulan total kali ini tidak dapat disaksikan dari Indonesia, fenomena-fenomena astronomi lainnya tetap dapat dinikmati. Selalu periksa informasi terbaru dari lembaga astronomi atau observatorium setempat untuk jadwal dan panduan pengamatan yang akurat.
Gerhana bulan total atau “blood moon” pada 13-14 Maret 2025 merupakan fenomena alam yang menakjubkan dan langka. Meskipun tidak dapat disaksikan langsung dari Indonesia, pemahaman tentang proses dan keindahannya menambah apresiasi kita terhadap dinamika alam semesta. Bagi yang berada di wilayah yang dapat menyaksikan gerhana ini, manfaatkan kesempatan untuk mengamati dan mengabadikan momen langka ini.